Fahri Ahmad Fadhilah
S1
Pendidikan Sejarah 2022
Universitas
Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat
Saya,
Fahri Ahmad Fadhilah, adalah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, jurusan S1 Pendidikan Sejarah angkatan 2022. Saya
lahir pada 11 Juni 2003 di Kabupaten Ponorogo. Sejak kecil, saya telah
mengikuti berbagai kegiatan minat dan bakat, mulai dari berenang, melukis,
menulis puisi, hingga mendengarkan musik. Di SD Muhammadiyah 1 Ponorogo, saya
aktif sebagai atlet renang dan anggota pramuka, serta mengikuti berbagai
perlombaan terkait. Ketika bersekolah di SMP Terpadu Ponorogo, saya bergabung
dalam OSIS dan kegiatan Pramuka. Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, saya mulai
mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai ekstrakurikuler, seperti menjadi
ketua jurnalistik yang berhasil menerbitkan majalah sekolah, serta aktif di KIR
(Kelompok Ilmiah Remaja) yang sering mengikuti perlombaan hingga tingkat
daerah. Masa SMA juga memberi kesempatan bagi saya menemukan jati diri, dengan
hobi baru seperti mendaki gunung, mengoleksi kaset pita, dan membaca tentang
tokoh-tokoh bangsa.
Di
bangku kuliah, saya mengikuti program pemerintah “Merdeka Belajar.” Pada
semester empat, saya terpilih sebagai peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Batch 4 (PMM 4) di Universitas Tanjungpura Pontianak selama empat bulan.
Setelah mengetahui informasi mengenai pendaftaran PMM, saya segera memenuhi
persyaratan melalui akun Kampus Merdeka. Proses seleksi meliputi pengiriman
rekomendasi dari universitas asal, survei kebinekaan, dan tes VCAT (Value
Clarification and Attitude Transformation). Setelah dinyatakan lolos, saya
mendapat pembekalan dari program sebelum keberangkatan. Saya kemudian melakukan
koordinasi dengan universitas asal dan penerima untuk memastikan kesesuaian
mata kuliah.
Pada
20 Februari 2024, saya berangkat ke Universitas Tanjungpura, Pontianak, yang
telah menyiapkan asrama kampus bagi peserta PMM. Di sana, kami dibagi menjadi
tiga kelompok budaya: Dayak, Melayu, dan Tionghoa, yang masing-masing memiliki
Modul Nusantara untuk memperdalam pengetahuan budaya setempat. Saya mendapat
kelompok Tionghoa, sehingga saya mempelajari budaya Tionghoa di Pontianak dan
wajib mencatat kegiatan ini pada logbook PMM. Modul Nusantara diadakan setiap
hari Sabtu dan Minggu, mencakup kunjungan ke kelenteng, belajar sejarah budaya
Tionghoa, memasak hidangan khas, belajar menulis aksara Tionghoa, dan
mengunjungi kota toleransi, Singkawang. Kami juga mengikuti perayaan budaya,
seperti ulang tahun suku Hakka, yang menjadi pengalaman yang sangat berkesan.
Modul Nusantara kadang digabungkan dengan kelompok Dayak dan Melayu, memberi
kami kesempatan berkolaborasi dan mempelajari budaya satu sama lain, bahkan
dalam kegiatan luar kota. Pada kegiatan akhir PMM kami mengadakan festival
budaya sebagai bentuk penutupan dan kontibusi sosial berupa membantu memberikan
panti asuhan di Pontianak. Pengalaman belajar di Universitas Tanjungpura sangat
berkesan, memberikan suasana kuliah yang berbeda dan memperluas jaringan
pertemanan. Melalui program PMM, saya bisa mempelajari mata kuliah di luar
jurusan, bahkan mengambil kelas di Pendidikan Matematika. Kegiatan ini tidak
hanya memperkaya wawasan akademik saya tetapi juga memperluas perspektif
tentang pendidikan di lintas bidang. Kami, mahasiswa PMM 4 di Universitas
Tanjungpura yang berjumlah 64 orang. Struktur angkatan telah dibentuk yang
dipimpin Kepala Suku angkatan dibawahi ketua kelompok modul nusantara. Dalam
struktur angkatan saya menjadi wakil devisi acara dan dalam kelompok modul
nusantara menjadi koor devisi dokumentasi, dimana kegiatan rapat untuk membahas
proker sering dilakukan yang menambah ilmu baru tentang pengorganisasian. Kami
sering mengadakan kegiatan sendiri di luar Modul Nusantara, seperti lomba,
diskusi, pesta, hingga berkunjung ke tempat wisata di luar kota. Saya sering
mengeksplorasi Pontianak dengan teman, melakukan observasi lapangan dari malam
hingga larut pagi, dan mendapatkan banyak pembelajaran dari pengalaman di luar
kelas yang sering kami lakukan secara mandiri.
Pertukaran Mahasiswa Merdeka memberikan pengalaman yang luar biasa, selian belajar di universitas lain dan mempelajari budaya luar, saya juga mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah di Indonesia, yang tentunya memperbanyak relasi. Untuk mahasiswa yang ingin mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka, ada beberapa tips yang bisa membantu, antara lain jangan ketinggalan indofrmasi, pastikan memenuhi semua persyaratan tepat waktu, tentang rekomendasi kampus dan dokumen penting lainnya. Persiapkan diri menghadapi tes kebinekaan dan VCAT, karena hasil tes ini menjadi pertimbangan penting dalam seleksi. Apabila terdapat pilihan, pilih kelompok budaya sesuai minat untuk mendalami kebudayaan Nusantara dengan optimal. Manfaatkan kesempatan ini untuk mengeksplorasi daerah baru, membangun relasi, dan mengikuti mata kuliah di luar jurusan jika ada kesempatan. Program ini memberikan pengalaman belajar yang luas, dan kuncinya adalah terbuka terhadap segala bentuk pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.
Mochammad
Zaqi Irwansyah
S1
Pendidikan Sejarah dan Angkatan 2022
Universitas
Negeri Gorontalo, Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Halo
perkenalkan nama saya Mochammad Zaqi Irwansyah, seorang Mahasiswa dari program
S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya. Sedari kecil saya memiliki
hobby membaca dan berkeliling ke tempat-tempat sejuk nan indah. Syukur, pada
Semester 4 saya berkesempatan untuk mengikuti salah satu program MBKM yang
dicanangkan Kemendikbudristek yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di
Universitas Negeri Gorontalo, Sulawesi Utara.
Terinspirasi
dari buku Dr. Koentjoroningrat tentang Manusia dan Kebudayaan Indonesia membuat
saya ingin mengeksplore budaya serta adat istiadat Indonesia melalui program
Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Namun bukan hanya itu saja, ini juga tentang
hasrat saya berkeliling Indonesia. Berkumpulan dengan 130 Mahasiswa-Mahasiswi
dari segala penjuru negeri, saya mencoba bertanya dan berbagi pengetahuan
seputar kebudayaan serta adat istiadat asal suku mereka, alhasil saya banyak
mendapat ilmu baru seputar antropologi budaya dari berbagai suku seperti Batak,
Minangkabau, Sasak, Sunda, dan lain-lain. Perihal Gorontalo serta kampus
penerima, saya mendapati keramah-tamahan yang amat luar biasa dari teman-teman
saya serta masyarakat sekitar disana. Sering kali saya mendapati mereka berbagi
makanan gratis serta mengundang saya untuk bercengrakama silahturahmi di rumah
mereka, pun keberislaman Gorontalo sangat kental sehingga tidak kaget mendapati
julukan “Serambi Madinah.”
Universitas
Negeri Gorontalo sangat memfasilitasi program Pertukaran Mahasiswa Merdeka,
setiap satu minggu sekali, saya diajak untuk menjalankan kegiatan Modul
Nusantara yang berisi kegiatan seperti Kebhinekaan yang mengenalkan kebudayaan
Gorontalo, Refleksi sebuah kegiatan bertukar informasi soal kebudayaan dari
teman daerah lain, Inspirasi yaitu kegiatan motivasi dari tokoh-tokoh
masyarakat Gorontalo, serta Kontribusi sosial sebuah kegiatan yang menuntut
kami Mahasiswa-Mahasiswi pertukaran untuk ambil andil terjun membantu kehidupan
masyarakat sekitar Gorontalo, saya beserta kelompok saya memilih untuk mengajar
anak-anak Sekolah Dasar. Jadi saya tidak hanya sekadar berpindah tempat kuliah
saja. Dari program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, saya mendapat banyak
pengalaman hidup, pengetahuan budaya, serta teman-teman baru dari berbagai
daerah di Indonesia.
Kiat
serta saran yang dapat saya berikan kepada teman-teman yang ingin mendaftar
program tersebut adalah dengan mengikuti akun media sosial @kampusmerdeka dan
@pertukaranmahasiswamerdeka agar mengetahui timeline pendaftaran dari program
tersebut. Selanjutnya siapkan berkas yang melimputi KK, Surat Sehat, hingga
akun bank. Kemudian jangan lupa belajar karena terdapat tes seputar wawasan
kebhinekaan dan juga tes moral secara yang dilakukan via online. Tips yang
paling penting adalah meminta restu kedua orang tua.