Pendidikan Sejarah Unesa Bahas Strategi Inovatif Mengemas Sejarah Lewat Biografi Tokoh

Pendidikan Sejarah Unesa menggelar webinar nasional melalui zoom meeting, Kamis (19/12/2024).
Melalui webinar bertajuk “Merekam Jejak, Menginspirasi Bangsa: Ekspresi Biografi, Fakta Sejarah, dan Media Inovatif” ini, peserta diajak untuk mempelajari biografi tokoh bersejarah dan fakta-fakta sejarah yang dapat dikemas melalui media inovatif yang relevan dengan zaman.
Ajakan itu disampaikan oleh 3 orang narasumber yang merupakan dosen Universitas Negeri Surabaya yaitu, Dr. Izzatul Fahriyah, M.Pd., Mohammad Refi Omar Ar Razy, M.Hum., dan Dr. Silvi Nur Afifah, M.Pd.
Sebagai pemateri pertama, Iza menyampaikan bahwa di era digital ini, tantangan yang dihadapi oleh bengsa Indonesia semakin besar. Di perlukan role model bagi masyarakat mengenai sikap nasionalisme, baik dari tokoh daerah maupun tokoh nasional.
“Oleh sebab itu, jiwa nasionalis ini dilihat dari tokoh-tokoh nasional maupun daerah”, ucapnya.
Sejalan dengan Iza, Razy juga menyampaikan bahwa menunjukkan sikap nasionalisme tidak harus melalui peperangan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan sikap nasionalis. Ia mencontohkan Husein Djajadiningrat. Husein Djajadiningrat ini merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar tertinggi dalam dunia Pendidikan.
“Meskipun beliau telah meraih gelar tertinggi dalam dunia pendidikan, beliau tetap mengabdi pada tanah air tercinta, Indonesia”, papar Razy.
Acara webinar ditutup dengan paparan yang disampaikan oleh Silvi tentang inovasi pembelajaran berbasis biografi. Ia menekankan pentingnya menghadirkan tokoh-tokoh bersejarah sebagai media pembelajaran yang relevan dan interaktif bagi generasi muda.
“Pembelajaran berbasis biografi dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan generasi sekarang dengan nilai-nilai perjuangan dan inspirasi masa lalu. Dengan pendekatan yang inovatif, kita dapat membuat sejarah lebih hidup dan bermakna”, tutup Silvi.
Acara ini diharapkan dapat memberikan dampak positif, terutama bagi para pendidik, mahasiswa, dan praktisi media kreatif dalam mengemas sejarah menjadi lebih menarik. (Dziki/WA.Faiz)